July 24, 2025 at 06:55PM
Tips,
Awas Oplosan! Ini Ciri-Ciri Beras Premium yang Asli – Bagian All
JAKARTA, iNews.id – Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mengumumkan bahwa sebanyak 212 merek beras yang beredar di pasaran diduga merupakan beras oplosan. Agar tak salah beli, kenali ciri-ciri beras premium asli di sini.
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, salah satu cara mudah untuk membedakan jenis beras asli berkualitas premium dan yang dioplos adalah dengan memperhatikan tingkat pecahan atau broken dalam kemasan beras.
Ia menjelaskan bahwa beras premium memiliki batas pecahan beras maksimal di level 15 persen. Sehingga, jika pecahan beras berlebih bisa diduga merupakan oplosan
"Salah satu perbedaan beras premium dan medium itu ada di broken, di pecahannya. Pencampuran yang biasa dilakukan, itu maksudnya kan ada beras kepala atau beras utuh, lalu ada pula beras pecah. Nah karena beras premium maksimal broken-nya 15 persen, beras kepala dan beras pecah tadi dicampur, sampai maksimal 15 persen," ungkapnya pada Rabu (16/7/2025).
Ia menjelaskan, dalam praktiknya, beras premium adalah campuran antara beras kepala dan beras pecah, dengan batas pecahan tidak melebihi ketentuan.
Berdasarkan Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2023, beras kepala didefinisikan sebagai butiran beras berukuran lebih dari 0,8 hingga satu butir utuh. Sedangkan, beras patah memiliki ukuran antara 0,2 hingga kurang dari 0,8 dari butiran utuh.
Adapun kelas mutu beras premium yang telah ditetapkan antara lain memiliki butir patah maksimal 15 persen, kadar air maksimal 14 persen, derajat sosoh minimal 95 persen, butir menir maksimal 0,5 persen, total butir beras lainnya (butir rusak, butir kapur, butir merah/hitam) maksimal 1 persen, butir gabah dan benda lain harus nihil.
"Apa pun alasannya, kalau di-packaging dilabeli beras premium, maksimal broken-nya harus 15 persen. Kadar airnya maksimal 14 persen, karena kalau konsumen dapat beras yang kadar airnya di atas 14 persen, itu nanti beras bisa cepat basi, karena berasnya terlalu basah," tutur Arief.
Arief juga menegaskan pentingnya transparansi, khususnya terkait pencampuran beras yang dapat menyesatkan konsumen.
Ia menegaskan, yang perlu menjadi perhatian adalah jangan sampai mencampurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), yang dijual dengan harga sesuai HET beras medium, lalu menjualnya dengan harga mendekati HET beras premium.
"Misalnya, beras SPHP dengan harga Rp12.500 per kg (Zona 1), kemudian dicampur dengan beras lain dan dijual seharga Rp14.900 per kg. Praktik seperti ini tidak dibenarkan. Tidak boleh, karena merugikan masyarakat dan melanggar ketentuan yang berlaku. Ini karena ada subsidi dari negara," ucap Arief.
Artikel ini juga terbit di https://bit.ly/46rcI3J
from Pinfo – Pastikubisa https://ift.tt/JuYgXtp
via IFTTT
Comments
Post a Comment